Quality Assurance Management di Sekolah Dasar Budaya
Penjaminan mutu harus dilakukan dalam setiap proses produksi ataupun pelayanan. Tujuan dari penjaminan mutu ini adalah untuk mempertahankan konsumen maupun untuk mendapatkan konsumen baru. Begitu pula dengan Sekolah Dasar Budaya. Dengan persaingan yang semakin ketat, Sekolah Dasar Budaya harus melakukan sesuatu untuk meningkatkan jumlah siswa yang semakin menurun. Berikut akan dibahas latar belakang pentingnya perbaikan sistem, identifikasi masalah yang sedang terjadi dan solusi yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
Latar Belakang
Sekolah Dasar Budaya didirikan pada tahun 1979 oleh Mrs Sri Lanawati, berlokasi di daerah Jembatan Lima, Jakarta. Di daerah Jembatan Lima terdapat cukup banyak bisnis konveksi dan ditinggali oleh para pendatang yang berasal dari pulau Kalimatan dan notabene adalah etnis Tionghoa. Pada awal berdirinya, Budaya dikelola dengan orientasi non-profit. Namun kesibukan pemilik pada tahun 2005, kepemilikan sekolah ini berpindah tangan pada sebuah Gereja Kristen yang berlokasi di daerah yang sama. Sejak saat itu dibentukah sebuah Badan Pengawas Sekolah (BPS) yang bertugas untuk mengawasi operasional sekolah yang mengelola dana secara swadaya ini.
Sekolah ini dibentuk dengan visi “Tercapainya pengembangan anak didik seutuhnya secara intelektual, emosional maupun spiritual”, serta misi “Menumbuhkan dan meningkatkan mutu : Sumber Daya Manusia, Manajemen, Rasa Kebangsaan, dan Keimanan”. Dari visi dan misi ini, Budaya memegang moto “Mendidik, Cerdas dan Bermartabat” dalam setiap kegiatannya. Sampai saat ini sekolah Budaya dikenal dengan prestasi akademisnya, sehingga untuk ruang lingkup kecamatan sekolah Budaya dikenal memiliki prestasi akademis. Pada akhir tahun 1980-an hingga awal tahun 2000-an, sekolah Budaya dikenal dengan prestasinya di bidang bahasa Inggris dan computer.Hal ini ditandai dengan seringnya memenangi berbagai ajang perlombaan yang diikuti dan prestasi lainnya yang tidak tercatat.
Identifikasi Masalah
Dikarenakan oleh perkembangan jaman, pemilik sekolah Budaya berniat untuk mengembangkan bisnis di bidang lain, sehingga keberadaan sekolah ini mulai diabaikan. Selain itu, kejadian kerusuhan 1998 yang terjadi di Jakarta, memaksa banyak pendatang dari Kalimantan untuk kembali ke daerah asalnya. Keberhasilan program KB yang dilakukan pemerintah beberapa dekade lalu, telah menampakkan hasilnya pada beberapa tahun ini, dengan minimnya rata-rata jumlah anak yang dimiliki dalam sebuah keluarga. Begitu pula dengan krisis ekonomi yang dialami Indonesia, menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, menyebabkan banyak anak putus sekolah. Selain itu, tingkat perceraian yang semakin meningkat menyebabkan berpisahnya kedua orang tua, berpindahnya tempat tinggal anak, dampak negative pada psikologis anak yang menyebabkan anak kehilangan tujuan hidup dan melakukan hal-hal yang buruk, seperti narkoba, kabur dari rumah dan lain sebagainya sebagai cara mereka untuk menyatakan kekecewaan. Dari hasil pengamatan, di daerah sekitar Budaya, terdapat banyak sekolah lain, yang memberikan berbagai macam promosi. Selain menawarkan gratis uang pendaftaran, sekolah-sekolah tersebut juga menjanjikan banyak kegiatan tambahan untuk para siswanya. Sekolah-sekolah tersebut antara lain:
o CST
o Bhineka
o Garuda
o Budi Jaya
o Pelita
o Widuri / Permata Bunda
o Damai
Gengsi orang tua juga memiliki pengaruh cukup besar pada penurunan jumlah siswa di Budaya. Orang tua cenderung memilih sekolah internasional, yang menjanjikan banyak keahlian untuk si anak, tanpa memikirkan kemampuan serta perkembangan moral anak. Pilihan lain adalah memasukkan anak ke sekolah lain yang mahal, alasannya adalah meningkatkan gengsi orang tua siswa. Biasanya juga orang tua menyerahkan pilihan sekolah ke anak, karena dirasakan anak lebih mengetahui sekolah yang cocok bagi mereka tanpa memperhatikan factor lainnya.
Hal-hal tersebut diatas telah menyebabkan penurunan jumlah siswa yang cukup signifikan Budaya (Gambar 1). Sebelum terjadi penurunan jumlah siswa tersebut, Budaya memberikan banyak ekstrakulikuler pada siswanya. Namun dikarenakan jumlah siswa yang terus menurun, menyebabkan pemasukan Budaya juga menurun. Oleh karena itu, Budaya harus mengelola dana yang ada agar operasional sekolah tetap berjalan, salah satunya dengan memangkas kegiatan ekstrakulikuler. Akibat dari berkurangnya kegiatan ini, meskipun dengan uang sekolah yang lebih murah dibanding sekolah lain, daya tarik Budaya juga semakin menurun dan menyebabkan kurangnya daya saing Budaya dengan sekolah-sekolah lain yang semakin menjamur.
Landasan Teori
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu [Wikipedia, 2009]. Istilah ini banyak digunakan dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam kaitannya dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, seperti Six Sigma, TQM, Kaizen, dan lain sebagainya.
Manajemen kualitas suatu produk dilakukan dengan menyeimbangkan quality control, quality assurance dan quality improvement. Quality control dilakukan dengan mempertahankan kualitas hasil akhir produk sehingga sesuai dengan kebutuhan dari konsumen [Wikipedia, 2009]. Sedangkan quality assurance adalah penjaminan mutu melalui perbaikan dan kestabilan proses produksi [Wikipedia, 2009].
Quality assurance dapat dilakukan dengan menerapkan standar tertentu. Terdapat berbagai jenis standar yang dapat diterapkan. Dari standar yang dibentuk dan diterapkan sendiri oleh perusahaan tersebut, ataupun standar internasional.
Selain itu kualitas juga bisa dilihat dari jumlah pengguna yang hilang setelah produk atau jasa tersebut digunakan. Quality or rather non-quality as the losses of society caused by the product/service after its delivery – Taguchi [Summerscales, 2008].
Jika dilakukan pengamatan, jumlah siswa di sekolah Budaya terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dari teori sebelumnya ditambah dengan adanya fakta penurunan jumlah siswa maka dapat disimpulkan bahwa memang ada permasalahan dengan kualitas.
Proses bisnis yang terjadi di Budaya cukup sederhana. Sekolah Dasar Budaya tidak banyak melakukan promosi, karena promosi hanya mengandalkan mouth-to-mouth, selain itu, input sekolah dasar banyak mengandalkan output dari taman kanak-kanak yang bernaung di bawah satu BPS. Calon wali murid dapat melakukan pendaftaran ke sekolah, sesuai dengan tanggal yang ditetapkan. Setelah semua proses pendaftaran selesai, proses belajar mengajar dimulai, dan jika siswa berhasil melewati semua ujian, maka dia dinyatakan lulus. Bagan sistem ini dapat dilihat pada Gambar 2. Dapat dilihat bahwa proses yang terjadi di Budaya cukup sederhana, dimana calon wali murid melakukan pendaftaran, pembayaran dan menyerahkan putra/putrinya ke Budaya, hingga mereka lulus dari tingkat sekolah dasar.
Dari sistem yang ada ini, dilakukan beberapa wawancara dan penyebaran kuisioner, untuk mendapatkan kondisi Budaya saat ini, kondisi sekolah dasar yang diharapkan, serta kesediaan alumni untuk membantu sekolahnya. Berikut akan dijabarkan hasil dari masing-masing survey.
Wawancara dengan siswa dan wali murid Budaya
Wawancara dilakukan secara tatap muka dengan beberapa siswa yang bersekolah di Budaya dan wali muridnya. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui pendapat mereka tentang kondisi Budaya, serta harapan mereka terhadap Budaya.
Hasil dari wawancara adalah sebagai berikut:
o Wali murid menganggap, biaya yang telah dikeluarkan sesuai dengan apa yang didapatkan, mengingat biaya studi di Budaya relative murah, namun dengan keterbatasan fasilitas dan kegiatan.
o Bagi wali murid, kualitas sekolah bukan pertimbangan utama saat memilih sekolah, mereka lebih mementingkan pendidikan moral anak mereka, yang sesuai dengan kepercayaan yang mereka anut.
o Menurut banyak wali murid, prestasi tidak identik dengan prestasi akademik, seperti menjadi juara kelas, menang lomba, dan lain sebagainya, namun lebih kea rah menjadi anak yang berperilaku baik, bermoral dan beriman.
o Definisi sekolah berkualitas menurut wali murid adalah sekolah yang dapat menggali potensi anak sesuai dengan kemampuannya dan sekolah yang dapat membentuk moral anak.
Wawancara dengan alumni Budaya
Wawancara kedua dilakukan pada 15 orang alumni dari Sekolah Budaya. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengidentifikasi kesediaan mereka untuk menjadi donator bagi Budaya. Bentuk donasi ini dapat berupa dana, peralatan maupun tenaga bantu untuk pengajar ekstrakulikuler atau kegiatan tambahan lainnya. Hasil dari wawancara ini, 13 orang (86.7%) menyatakan bersedia menjadi donator bagi Budaya, sedangkan sisanya abstain, atau menyatakan tidak yakin dapat membantu Budaya.
Kuisioner
Survey ketiga dilakukan dengan menyebarkan kuisioner pada banyak orang. Tujuan dari kuisioner ini adalah untuk mengetahui sekolah ideal yang diharapkan oleh kebanyak orang, serta pertimbangan apa saja yang dipikirkan saat memilih sekolah untuk anak-anak mereka.
Sebanyak 30 kuisioner kembali dan menghasilkan data sebagai berikut:
o Jenis kelamin responden adalah 50% Pria dan 50% Wanita
o Rata-rata usia responden adalah 30.4 tahun
o Dari 30 responden, 30% memiliki anak yang memasuki usia sekolah dasar (5-7 tahun)
o Usia anak responden rata-rata 6 tahun
o Pendapatan bulanan responden:
• 50% dibawah 5 juta
• 33.3% antara 5-10 juta
• 6.7% diatas 10 juta
• 10% abstain
o 90% responden menyatakan biaya sekolah menjadi pertimbangan dalam memilih sekolah. Namun 50% responden menyatakan tidak setuju jika biaya diidentikkan dengan kualitas sekolah.
o 100% responden menyatakan lokasi sekolah menjadi pertimbangan dalam memilih sekolah dan 56.6% responden menyatakan mereka tetap memasukkan putra/putrinya ke sekolah berkualitas meskipun jauh dari rumah. Oleh karena itu 63.3% responden menyatakan sarana transportasi diperlukan untuk mencapai sekolah.
o 96.6% responden menyatakan latar belakang agama menjadi pertimbangan dalam memilih sekolah, sedangkan latar belakang ras dipilih oleh 50% responden dan latar belakang social ekonomi dipilih 46.6% responden sebagai pertimbangan dalam memilih sekolah.
o 16.6% responden menyatakan latar belakang tradisi menjadi pertimbangan dalam memilih sekolah, yang artinya 83.7% menyatakan tidak akan memasukkan anaknya ke sekolah mereka dulu.
o 80% responden menyatakan kondisi bangunan menjadi pertimbangan dalam memilih sekolah dan 100% responden menyatakan fasilitas sekolah harus lengkap, seperti lab, UKS, kantin dan lain sebagainya.
o 43.3% responden menyatakan jam sekolah (masuk pagi atau siang) dan durasi sekolah tidak menjadi pertimbangan dalam pemilihan sekolah, karena menurut 90% responden durasi tidak identik dengan kualitas
o 53.3% responden menyatakan ekstrakulikuler bukan pertimbangan saat memilih sekolah, dan jenis ekstrakulikuler yang diharapkan:
• Bahasa inggris
• Bahasa mandarin
• Basket
• Musik
• Menari
• Komputer
o 86.6% responden menyatakan prestasi sekolah menjadi pertimbangan dalam memilih sekolah, dan 43.3% responden menyatakan prestasi sekolah selalu identik dengan kualitas.
o 76.6% responden menyatakan background pengajar menjadi pertimbangan dalam memilih sekolah, sedangkan 70% responden menyatakan jumlah tenaga pengajar menjadi pertimbangan dalam memilih sekolah
Prioritas pertimbangan (1 paling penting) :
1. Biaya Sekolah
2. Lokasi Sekolah
3. Lingkungan Sekolah : agama, ras, social ekonomi, tradisi
4. Tenaga Pengajar
5. Ekstrakulikuler dan Prestasi Sekolah
6. Bangunan Sekolah
7. Jam Sekolah
Dari hasil survey diatas, hal-hal yang terkait dengan Budaya adalah sebagai berikut:
– Biaya sekolah di Budaya termasuk yang paling murah di daerah Jembatan Lima.
– Lokasi sekolah tidak mempengaruhi, karena target Budaya adalah masyarakat sekitar.
– Budaya merupakan sekolah berlatar belakang agama Kristen.
– Tenaga pengajar di Budaya terbatas.
– Kegiatan tambahan di Budaya terbatas.
– Kondisi bangunan yang relative tua, sehingga mengurangi daya tarik.
– TK dan SD di Budaya masuk pagi, dan SMP Budaya masuk siang. Kondisi ini cukup banyak dikeluhkan oleh wali murid, karena anak mereka yang di bangku SMP menjadi bangun tidur relative siang dan pulang menjelang malam, dengan resiko bertemu preman dalam perjalanan pulang. Keadaan ini terjadi karena kurangnya ruang kelas.
V. Solusi yang Ditawarkan
Perbaikan sangat dibutuhkan oleh Budaya, untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun hal yang harus diingat adalah perbaikan ini membutuhkan keseriusan dari tim pelaksananya. Diagram perbaikan proses dapat dilihat pada Gambar 3. Secara umum, tidak terdapat perbedaan pada kegiatan belajar mengajar di Budaya. Namun, terdapat divisi public relation dan marketing yang khusus mengerjakan kegiatan promosi, untuk memperkenalkan Budaya pada masyarakat sekitar, maupun menjalin hubungan yang baik dengan wali murid dan alumni.
Hasil dari perbaikan ini dapat ditunjukkan dengan kualitas siswa yang lulus dari Budaya, baik dari segi tingkat kelulusan, maupun rata NEM yang diperoleh siswa pada ujian akhir nasional. Pada setiap kegiatan, harus dilakukan pelaporan proposal dan hasil kegiatan, untuk menghindari ketidakjelasan aktivitas, terutama dalam hal finansial. Selain itu kemampuan guru juga harus diperbarui secara kontinu melalui sertifikasi maupun pelatihan. Berikut akan dijabarkan kegiatan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi Budaya.
A. Kenaikan uang sekolah
Uang sekolah yang ditawarkan Budaya merupakan yang paling murah di antara sekolah lain di daerah Jembatan Lima. Namun, uang sekolah murah ini tertutupi oleh uang pendaftaran yang lebih tinggi dari sekolah lain, dimana sekolah lain ada yang menawarkan gratis uang pendaftaran. Untuk mengatasi hal tersebut, Budaya dapat menawarkan discount uang pendaftaran. Sedangkan uang sekolah yang dikenakan pada siswa dapat dinaikkan.
Kenaikan uang sekolah ini harus dibatasi pada level yang tetap lebih rendah dibanding sekolah lain. Tujuan dari kenaikan uang sekolah ini adalah untuk mendukung kebutuhan dana untuk aktivitas tambahan. Dengan kualitas sekolah yang meningkat, wali murid tidak akan segan untuk mengeluarkan uang sekolah sedikit lebih mahal dari sebelumnya, namun tetap yang paling murah.
B. Promosi
Promosi dibutuhkan dalam usaha penjualan produk ataupun jasa. Dalam hal ini, Budaya sebaiknya melakukan promosi, baik langsung maupun tidak langsung, untuk memperkenalkan diri pada masyarakat sekitar. Promosi sebaiknya tidak hanya dilakukan dengan menyebarkan brosur atau beriklan, namun dapat melakukan sesuatu yang memberikan value pada calon pelanggan, dalam hal ini calon wali murid, maupun pada pelanggan yang ada. Hal ini perlu dilakukan dengan tujuan membangun loyalitas pelanggan yang sudah ada, sehingga mereka dengan sukarela akan melakukan promosi pada orang lain. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan membuat website, mengadakan lomba, ataupun mengadakan seminar.
[1] Website
Saat ini, internet menjadi produk yang dimiliki oleh hamper semua lapisan masyarakat. Website menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk menyampaikan informasi pada orang lain.
Budaya dapat membangun satu sistem website, yang dapat diakses oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun. Informasi yang disampaikan pada website dapat bervariasi, misalnya detail profil sekolah, dari sejarah berdirinya, perkembangan sekolah, hingga fasilitas yang dimiliki oleh Budaya. Website dapat digunakan untuk memproses pendaftaran online.
Selain itu, website dapat dikembangkan menjadi sarana interaktif untuk menjalin hubungan yang baik dengan wali murid, yaitu dengan cara pelaporan kegiatan sekolah siswa melalui website, dimana wali murid diberikan user dan password, dan ia dapat mengakses semua informasi yang berhubungan dengan putra/putrinya. Informasi tersebut antara lain adalah tugas yang diberikan guru, tanggal pengumpulan tugas, kegiatan tambahan, hukuman jika anak melakukan kesalahan, hasil nilai tugas, hasil nilai ujian, tanggal-tanggal penting, undangan untuk wali murid, dan lain sebagainya. Dengan demikian, wali murid dapat memantau kegiatan putra/putrinya, sekaligus dapat berkomunikasi dengan wali kelas putra/putrinya dengan mudah, tanpa harus hadir secara fisik ke sekolah.
[2] Lomba
Lomba dapat menjadi salah satu sarana promosi yang efektif, karena dengan adanya lomba yang diadakan di Budaya, peserta lomba akan datang ke Budaya dan mengenal kondisi fisik Budaya, berikut dengan fasilitasnya. Lomba dapat diadakan dengan mengusung event tertentu, misalnya ulang tahun Gereja, ulang tahun sekolah, hari kemerdekaan RI, hari pendidikan, dan lain sebagainya. Target lomba dapat bervariasi, mulai dari usia pre-school, sampai dengan anak-anak usia TK.
[3] Seminar
Seminar, dilakukan dengan tujuan yang sama dengan lomba, yaitu memperkenalkan diri pada masyarakat secara tidak langsung. Seminar dapat ditujukan pada calon wali murid, maupun wali murid Budaya, dengan mengangkat tema yang sedang hangat di masyarakat, misalnya dampak facebook pada anak, ketika anak bertanya tentang sex, memilih sekolah yang tepat untuk anak, dan lain sebagainya.
C. Penambahan aktivitas
Ketika anak tidak memiliki aktivitas yang jelas, dapat menimbulkan dampak yang tidak baik , terutama ketika orang tua tidak dapat mengawasinya secara langsung. Oleh karena itu, untuk menghindari penggunaan waktu yang tidak jelas, sebaiknya Budaya memberikan aktivitas tambahan pada siswa, disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa.
Kegiatan tambahan yang dipaksakan sebaiknya dihindari, karena dapat berdampak kurang baik pada sisi kejiwaan siswa. Misalnya, siswa diberikan pelajaran bahasa mandarin yang intens di sekolah, namun ketika bersama teman-temannya, ia tidak dapat menggunakan bahasa tersebut, atau di rumah ia harus menggunakan bahasa lain untuk berkomunikasi dengan anggota keluarganya. Hal ini tentu akan membuat anak merasa kebingungan dan tidak nyaman. Sebaiknya kegiatan-kegiatan seperti ini diberikan dalam porsi yang wajar.
Kegiatan-kegiatan tambahan tersebut dapat diadakan, sesuai dengan hasil survey. Misalnya banyak anak yang menginginkan kegiatan menari, Budaya dapat menghadirkan guru tari dan mengajar anak-anak yang berminat. Selain itu, kegiatan keagamaan dapat diadakan lebih banyak, untuk membangun moral anak, mengingat saat ini begitu banyak pengaruh negative yang mungkin diterima si anak. Dengan demikian, diharapkan siswa Budaya akan memiliki nilai lebih, sesuai dengan bakat dan minatnya, serta moral yang baik.
D. Pemugaran bangunan
Gedung sekolah merupakan asset sekolah yang paling penting. Ketika calon wali murid merasa tidak nyaman dengan kondisi bangunan sekolah, maka muncul kemungkinan ia tidak mendaftarkan putra/putrinya di sekolah tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya Budaya melakukan peremajaan bangunan, serta menambah ruang kelas, agar tingkat SMP dapat melakukan kegiatan belajar mengajar sejak pagi hari, dan sore hari, ruang kelas dapat digunakan untuk kegiatan tambahan. Dengan demikian, daya saing Budaya akan meningkat, dan dapat meningkatkan market share.
E. Family gathering
Family gathering adalah suatu kegiatan yang diadakan dengan mengundang wali murid, alumni, atau rekan-rekan Budaya dalam acara tertentu, misalnya pentas seni. Acara ini diadakan dengan tujuan memperkenalkan Budaya pada keluarga siswanya, agar wali murid merasa dihargai dan terjalin hubungan yang baik antara Budaya dan wali murid. Selain itu untuk menjalin rekanan dengan pihak-pihak lain yang dapat membantu perkembangan Budaya.
F. Ikatan alumni
Ikatan alumni dilakukan dengan tujuan menjalin hubungan dengan mantan siswa yang sudah bekerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Diharapkan dari kegiatan ini, para alumni dapat berkontribusi untuk kemajuan Budaya, misalnya menjadi donator tetap maupun tidak tetap, maupun memberikan sumbangan tenaga pengajar untuk kegiatan tambahan, seperti basket, computer, menari dan lain sebagainya.
G. Sertifikasi guru
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan guru merupakan kunci penting dari semua kegiatan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, sebaiknya guru memiliki sertifikasi agar dapat memberikan nilai lebih untuk Budaya. Selain itu, guru juga sebaiknya diikutsertakan pada pelatihan sesuai dengan bidangnya masing-masing, untuk memastikan guru tersebut memiliki kemampuan yang terus ter-update.
H. Talent Show
Talent show bisa diadakan tiap empat bulan sekali atau tiap enam bulan sekali. Tujuan acara ini adalah untuk menyalurkan bakat siswa. Bakat yang didalami lewat aktivitas ekstrakulikuler bisa disalurkan lewat acara ini. Lewat acara ini para orang tua bisa melihat perkembangan anaknya yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan diharapkan setiap orang tua bisa merasakan kebanggaan saat anak mereka tampil dalam acara ini. Selain itu acara ini juga diharapkan bisa menjadi alat promosi bagi sekolah.
Alternative solusi diatas memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan solusi yang ditawarkan secara umum:
a) Kelebihan
Perbaikan personel dapat meningkatkan kualitas guru secara personal.
Hubungan yang harmonis antara sekolah dengan wali murid dapat membentuk kualitas siswa yang baik, karena baik guru maupun wali murid memiliki informasi yang jelas tentang kondisi siswa.
Meningkatkan daya saing dan market share, karena Budaya semakin dikenal dan kualitas sesungguhnya dapat ditonjolkan.
b) Kekurangan
Membutuhkan sumber daya waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit, karena banyaknya kegiatan dan usaha yang harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan.
Membutuhkan komitmen dari yang menjalankan,karena perbaikan ini tidak dapat berhasil dalam waktu singkat.
Perubahan yang terjadi, misalnya absen melalui web, pengeluaran tercatat, pelaporan kegiatan secara kontinu melalui web, persiapan acara, dan lain sebagainya, memungkinkan munculnya resistensi pada guru atau karyawan sekolah karena bertambahnya beban kerja mereka.
Referensi
1. Wikipedia (2009) Kualitas [Online]. Available at: http://id.wikipedia.org/wiki/Kualitas [Accessed: September 1st 2009]
2. Summerscales, J. (2008) Quality Management and Safety Engineering (BSc) – MST 326 [Online]. Available at: http://www.tech.plym.ac.uk/sme/mst324/MST324-01%20gurus.htm [Accessed: September 5th, 2009 ]
3. Wikipedia (2009) Quality Assurance [Online]. Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/Quality_assurance [Accessed: September 05th, 2009 ]
LAMPIRAN 1. KUISIONER
Dibawah ini, terdapat pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan berbagai hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan sekolah dasar untuk anak-anak. Mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuisioner ini. Atas bantuannya, kami ucapkan terima kasih.
Mohon beri tanda silang (X) pada pilihan yang sesuai dengan jawaban Anda.
A. PROFIL RESPONDEN
1. Jenis Kelamin :
a. Pria
b. Wanita
2. Usia Anda : __tahun
3. Apakah Anda memiliki anak yang memasuki usia sekolah dasar? (5-7 tahun)
a. Ya
b. Tidak (lanjut ke pertanyaan 5)
4. Usia Anak : __tahun
5. Pendapatan Anda :
a. < 5 juta
b. >= 5 juta – <10 juta
c. >= 10 juta
B. KUALITAS SEKOLAH
I. Biaya Sekolah
1. Apakah biaya sekolah menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda?
a. Ya
b. Tidak
2. Menurut Anda, apakah biaya sekolah identik dengan kualitas sekolah? (semakin mahal uang sekolahnya, semakin bagus kualitasnya)
a. Ya
b. Tidak
II. Lokasi
3. Apakah lokasi sekolah menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda?
a. Ya
b. Tidak
4. Jika lokasi sekolah berkualitas cukup jauh dari lokasi rumah Anda, apakah Anda akan memasukkan putra/putri Anda ke sekolah itu?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah sarana transportasi umum untuk mencapai sekolah menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda?
a. Ya
b. Tidak
III. Lingkungan: agama, ras, social ekonomi, tradisi
6. Apakah latar belakang agama menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah latar belakang ras/suku menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah latar belakang social ekonomi menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah latar belakang tradisi menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda? (maksudnya: jika Anda bersekolah di sekolah X, anak Anda akan diarahkan untuk bersekolah di sekolah X juga)
a. Ya
b. Tidak
IV. Bangunan dan Fasilitas Sekolah
10. Apakah kondisi bangunan sekolah menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah kelengkapan fasilitas sekolah menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda?*
a. Ya
b. Tidak
*Fasilitas sekolah: laboratorium, lapangan olah raga, kantin, klinik sekolah, dll
V. Jam Sekolah
12. Apakah jam sekolah (masuk pagi/masuk siang) menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda?
a. Ya
b. Tidak
13. Apakah durasi jam sekolah menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda?
a. Ya
b. Tidak
14. Menurut Anda, semakin banyak kegiatan di sekolah (semakin panjang durasi jam sekolah), menunjukkan sekolah tersebut semakin berkualitas?
a. Ya
b. Tidak
VI. Ekstrakulikuler dan Prestasi
15. Apakah banyaknya jenis ekstrakulikuler menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda?
a. Ya
b. Tidak
16. Ekstrakulikuler apakah yang Anda inginkan untuk putra/putri Anda? (silahkan pilih lebih dari satu)
Bahasa asing, sebutkan : …………………………………….
Oleh Raga, sebutkan : …………………………………….
Kesenian, sebutkan : …………………………………….
Pencinta Alam
Komputer
Elektronik
17. Apakah prestasi sekolah menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda?
a. Ya
b. Tidak
18. Menurut Anda, apakah prestasi sekolah identik dengan seringnya sekolah tersebut memenangi perlombaan di berbagai bidang?
a. Ya
b. Tidak
VII. Tenaga Pengajar
19. Apakah latar belakang tenaga pengajar menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda?
a. Ya
b. Tidak
20. Apakah jumlah tenaga pengajar menjadi pertimbangan Anda saat memilih sekolah untuk putra/putri Anda?
a. Ya
b. Tidak
Pertanyaan terakhir:
Berilah urutan prioritas Anda dalam memilih sekolah dasar untuk putra/putri Anda :
Ctt : 1 – paling penting, 7 – paling TIDAK penting
__ Bangunan Sekolah
__ Biaya Sekolah
__ Ekstrakulikuler dan Prestasi Sekolah
__ Jam Sekolah
__ Lingkungan Sekolah : agama, ras, social ekonomi, tradisi
__ Lokasi Sekolah
__ Tenaga Pengajar
__ Lain-lain, sebutkan: ……………………………………………………………………..